KATA
PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis haturkan kehadirat
Allah SWT, atas segala limpahan berkat rahmat dan hidayah-Nya dan semata-mata
atas kehendak-Nya penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Hal ini merupakan
karunia dan kenikmatan yang tiada ternilai, karena atas kuasanya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.
Banyak tantangan, hambatan dan kesulitan yang setiap
saat dihadapi penulis baik dalam persiapan, pelaksanaan, penyusunan maupun
penulisan makalah ini. Berkat bantuan dan bimbingan serta motivasi yang tulus
dari berbagai pihak baik yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung
akhirnya penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik.
Meskipun telah berupaya semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari segi isi bahasa
maupun teknik penyajian, oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak demi penulisan mendatang.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri dan bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Surakarta, 9 Oktober 2012
VENIPUNCTURE
III
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah
phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek
laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan
vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan
arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh
karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.
Kali ini penulis akan membahas mengenai pengambilan darah
vena. Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan darah vena yaitu:
· Persiapan peralatan
· Teknik pengambilan darah
· Penampungan sampel
A.
Persiapan Peralatan
Peralatan pokok yang harus disiapkan sebelum melakukan
pengambilan darah vena yaitu:
·
Spuit
·
Tourniquet
·
Kapas
·
Alcohol 70%
·
Plester
·
Tabung penampung
Untuk pengambilan darah dengan menggunakan vaccum tube yang
perlu dipersiapkan yaitu:
·
Tabung vaccum
·
Holder
·
Needle
·
Tabung penampung
·
Plester
·
Alkohol 70%
·
Kapas
B.
Teknik
Pengambilan Darah
Setelah menyiapkan alat dan bahan, flebotomis harus
menentukan lokasi penusukan. Pemilihan letak pengambilan harus sangat diperhatikan dan harus memenuhi
syarat yaitu pada lengan yang tidak terluka dan tidak terpasang infus. Jika
syarat tersebut tidak terpenuhi maka pengambilan dilakukan pada lengan sebelah
dan apabila semua lengan terpasang infus maka penambilan vena dapat dilakukan
pada vena kaki(apabila sangat terdesak).
Lokasi vena yang dipilih untuk pungsi vena
bervariasi, tergantung usia dan keadaan vena.
1.
Pada orang dewasa
Diambil
dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan
siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak
ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau
vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena
basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan
arteri brachialis dan syaraf mediana.
Jika
vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di
vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat
hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
·
Lengan pada sisi mastectomy
·
Daerah edema
·
Hematoma
·
Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
·
Daerah bekas luka
·
Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
·
Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini
dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau
menurunkan kadar zat tertentu.
2. Pada Anak – anak
Pada
umumnya bayi dan anak kecil tidak dapat bekerja sama saat intervensi dilakukan
dengan berbagai prosedur. Untuk itu perawat yang bertanggung jawab mengurangi
pergerakan dan ketidaknyamanan , dengan posisi yang sesuai. Anak lebih tua
biasanya membutuhkan penjelasan yang tepat sebagai persiapan sebelumnya, serta
dukungan dan bimbingan yang mudah dimengerti selama prosedur berlangsung.
Dorongan dari orang tua dapat menurunkan tingkat kecemasan untuk prosedur yang
menyakitkan atau prosedur yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Anak seharusnya
diberi analgetik yang banyak atau adekuat untuk menurunkan tingkat nyeri dan
membutuhkan penahanan atau penekanan yang kuat untuk anestesi lokal. Gunakan
penahan rasa nyeri dengan lidocoine umtuk mengurangi sensasi rasa nyeri.
a.
Pungsi Vena Jugularis
Pada umumnya, super fisialis externa
pada vena jugularis adalah lokasi pengambilan darah spesimen pada bayi atau
anak. Untuk memudahkan menemukan vena tersebut tempatkan anak pada posisi
restrain mumy pada bagian atas penahanan/penekanan, cukup mudah
menemukanya, posisikan anak sehingga kepala anak diletakkan pda bagian luar
tepi meja atau bantal kecil dengan leher diperlebar atau diperpanjang dan
kepala diputar lurus kesamping. Salah satu metode alternatif (terapi penekanan
atau penahanan) lengan dan kaki dengan melibatkan atau bantuan orang tua dengan
waktu bersamaan kepala anak diposisikan. Hal ini sangat penting bagi perawat
membantu anak agar dapat mengkontrol kepalanya tanpa bantuan dari perawat saat
melakukan pencarian terhadap venanya. Tangisan pada anak selama prosedur dapat
meningkatkan tekanan intra vena (IV) sehingga vena dapat terlihat, selama
tindakan dengan tidak melakukan tekanan yang berlebihan untuk sirkulasi
pengkompresan atau selama bernapas atau selama prosedur.atau sebagai berikut:
Prosedur
Pungsi Vena Jugularis
i.
Tempatkan anak pada restrein mumi
ii.
Ganti prosedur yang digunakan.
iii.
Lengan dan kaki bayi atau anak-anak dapat distrein dengan
lengan bawah perawat pada waktu yang bersamaan dengan kepala anak diposisikan
dan direstrein
iv.
Menghadap anak, posisi anak dengan kepala dan bahu diekstensikan
melewati sudut meja atau bantal kecil dengan leher diekstensikan dan
dimiringkan dengan tajam kesatu sisi
v.
Perhatikan bahwa tekanan yang berlebihan tidak menurunkan
sirkulasi atau pernapasan dan bahwa hidung dan mulut tidak tertutup oleh tangan periestrein.
b.
Pungsi Vena Femoralis
Prosedur lain dapat menggunakan
tempat atau daerah pungsi vena yang lebih luas yaitu vena pada femur. Penahanan
atau penekanan pada bayi dilakukan dengan posisi anak terlentang dan kaki
menyerupai posisi katak untuk membuka pangkal paha. Sehingga Kedua lengan
dan kaki bayi dapat dikontrrol secara efektif oleh lengan bawah dan tangan
perawat. Hanya pada bagian venipuncture saja yang terbuka, jadi perawat
yang seharusnya melindungi atau mengawasi saat anak urinasi selama prosedur.
Penekanan dilakukan pada daerah tersebut setelah pengambilan darah untuk
mencegah pengeluaran darah di daerah tersebut.
Prosedur Pungsi Vena Femoralis
i.
Tempatkan anak pada posisi terlentang dengan kaki pada
posisi seperti katak agar daerah lipatan paha dapat terlihat
ii.
Restrein kaki pada posisi katak sambil mengendalikan lengan
anak dan gerakan tubuh dengan tekanan lengan bawah ke arah bawah dan ke arah
dalam
iii.
Tutup daerah genetalia untuk melindungi operator dan sisi
pungsi vena dari kontaminasi bila anak berkemih selama prosedur
iv.
Sisi ini tidak dianjurkan untuk akses vena jangka panjang
pada anak yang bergerak karena adanya risiko infeksi dan trauma pada area
fleksi
c.
Pungsi Vena
Ektremitas
Kebanyakan daerah pungsi vena pada
daerah extremitas, khususnya pada lengan dan tangan. Posisi yang tepat adalah
menempatkan anak pada pangkuan orang tua, dengan wajah anak melihat orang tua
dan pada posisi mengangkang. Selanjutnya tempatkan lengan anak untuk persiapan
pungsi vena diatas seperti perawatan di meja untuk mendukung dan tempatkan kain
lembut atau handuk. Membutuhkan asisten saat immobilisasi lengan atau bantuan
orang tua untuk melakukannya jika asisten tidak ada. Apabila orang tua telah
memeluk seluruh tubuh anak untuk memegang lengan anak tersebut dan tempatkan
kaki anak diantara kaki orang tuanya. Jika anak harus terlentang, orang tua
atau asisten berada disamping tempat tidur dan bersandar diatas tubuh anak
untuk penekanan atau penahanan, gunakan tangan untuk memegang lengan saat
pungsi vena. Pastikan operator berdiri di samping lain tempat tidur untuk
mengakses lengan saat pungsi vena
Prosedur
Pungsi Vena Estremitas
i.
Tempatkan anak pada posisi terlentang
ii.
Minta operator berdiri di salah satu sisi tempat tidur,
menstabilkan lengan yang akan digunakan untuk pungsi vena
iii.
Minta asisten berdiri disisi tempat tidur yang lain,
manunduk melewati tubuh anak bagian atas untuk berfungsi sebagai restrein dan
menggunakan lengan yang paling dekat dengan operator untuk membantu restrein
pada pungsi vena.
Selain itu juga
bisa menggunakan prosedur seperti di bawah ini :
i.
Tempatkan anak pada posisi duduk dipangkuan orang tua
(asisten )
ii.
Minta operator berdiri disalah satu sisi anak, menstabilkan
lengan yang digunakn untuk pungsi vena
iii.
Minta asisten untuk menggunakan lenganya untuk memeluk dan
merestrein tubuh anak bagian atas, bila perlu letakkan kaki anka diantara kaki
asisten untuk merestrein tubuh bagian bawah
3. Pada usia lanjut
Pada pasien
geriatric ( lanjut usia) tidak diperlukan teknik atau metodekhusus untuk
mendapatkan specimen darah. Yang menjadi bahanpertmbangan adalah adanya
penurunan Fungsi-fungsi organ akibatproses penuaan. Metode penusukan kulit/
kapiler, wing nidle maupundengan vacutiner biasa merupakan alternative pilihan
tergantung kondisifisiknya.
Pengambilan specimen tidak boleh
dilakukan pada vena-venayang melebar ( varises). Darah yang diperoleh pada
varises tidakmenggambarkan biokimiawi tubuh yang sebenarnya karena darah
yangdiperoleh adalah darah yang mengalami stasis. Resiko lainnya
adalahkecendrungan untuk terjadi konfilkasi pendarahan dan infeksi.
4.
Khusus Pengambilan Darah Vena Pada
Pasien Yang Terpasang Cairan Intra Vena
Pemilihan letak vena menjadi
perhatian penting ketika pasien terpasang intravena (IV) line, misalnya
infus. Prinsipnya, pengambilan sampel darah tidak boleh dilakukan pada lengan
yang terpasang infus. Jika salah satu lengan terpasang infus, maka pengambilan
darah dilakukan pasa lengan yang tidak terpasang infus. Jika kedua lengan
terpasang infus, lakukan pengambilan pada vena kaki. Lalu bagaimana jika
seluruh akses vena tidak memungkinkan untuk dilakukan pengambilan sampel darah? Berikut ini adalah teknik pengambilan
sampel darah pada pasien yang terpasang infus atau IV-lines (contoh kasus
pasien luka bakar di atas 70%).
Alternatif 1
Jika memungkinkan, lakukan
pengambilan darah pada lengan yang tidak terpasang infus.
Alternatif 2
Jika tidak memungkinkan, lakukan
pengambilan sampel darah di daerah kaki.
Alternatif 3
Jika tidak ada akses vena di tempat
lain, lakukan pengambilan sampel darah pada lengan yang terpasang infus dengan
cara :
i.
Mintalah perawat untuk menghentikan aliran infus selama
minimal 2 menit sebelum pengambilan.
ii.
Pasang tourniquet pada bagian sebelah bawah jarum infus.
iii.
Lakukan pengambilan sampel darah pada vena yang berbeda dari
yang terpasang infus atau di bagian bawah vena yang terpasang infus.
iv.
Mintalah perawat untuk me-restart infus setelah spesimen
dikumpulkan.
v.
Buatlah catatan bahwa spesimen dikumpulkan dari lengan yang
terpasangi infus beserta jenis cairan infus yang diberikan. Tulislah informasi
ini pada lembar permintaan lab.
Alternatif 4
Jika hanya ada satu saja akses vena
di tempat yang terpasang infus, maka :
i.
Hentikan aliran infus seperti cara di atas
ii.
Keluarkan darah dari vena tersebut, buang 2-5 ml pertama,
dan tampung aliran sampel darah selanjutnya dalam tabung.
iii.
Mintalah perawat untuk me-restart infus setelah spesimen
dikumpulkan.
iv.
Buatlah catatan bahwa spesimen dikumpulkan dari lengan yang
terpasangi infus beserta jenis cairan infus yang diberikan. Tulislah informasi
ini pada lembar permintaan lab.
Perhatian : Pemilihan alternatif 3
dan 4 harus dengan ijin dan pengawasan dokter. Phlebotomis dapat bekerjasama
dengan perawat untuk prosedur pengambilan ini.
C.
Penampungan
Sampel
Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam
praktek laboratorium klinik adalah sebagai berikut :
- Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
- Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi
- Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
- Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)
- Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
- Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
- Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
- Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
- Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).
- Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.
- Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
- Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium
Terdapat banyak faktor
yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium. Faktor-faktor tersebut jika
dikelompokkan ada dua kelompok, yaitu faktor di luar pasien dan faktor pasien.
Faktor-faktor di luar pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium,
yaitu:
1.
Tahap pra-analitik
Meliputi persiapan alat, persiapan pasien, kelengkapan
data pasien, pengambilan sampel, penampungan sampel, pemilihan jenis sampel,
dsb.
2.
Tahap
analitik
Meliputi prosedur
pemeriksaan, pembacaan hasil, penggunaan reagen yang tepat, dsb.
3.
Tahap paska analitik
Meliputi pencatatan hasil
dan dokumentasi.
Sedangkan faktor
pasien antara lain :
1.
Faktor
Diet
Makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis
pemeriksaan laboratorium baik langsung maupun tidak langsung, misalnya
pemeriksaan glukosa darah dan trigliserida. Pemeriksaan ini dipengaruhi secara
langsung oleh makanan dan minuman. Karena pengaruhnya yang sangat besar, maka
pada pemeriksaan glukosa darah, pasien perlu dipuasakan 10 – 12 jam dan untuk
pemeriksaan trigliserida, pasien dipuasakan sekurang-kurangnya 12 jam sebelum
pengambilan darah.
2.
Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya
akan menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Disamping itu pemberian
obat secara intra muskular akan menimbulkan jejas pada otot, sehingga
menyebabkan enzim yang dikandung dalam otot tersebut akan masuk ke dalam darah,
yang selanjutnya dapat mempengaruhi hasil beberapa pemeriksaan. Obat-obatan
yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium misalnya :
·
Diuretik, cafein menyebabkan hampir seluruh pemeriksaan substrat
dan enzim dalam darah akan meningkat karena terjadi hemokonsentrasi, terutama
pemeriksaan hemoglobin, hitung jenis lekosit, hematokrit, elektrolit. Pada
urine akan terjadi pengenceran
·
Tiazid mempengaruhi hasil tes glukosa, ureum
·
Kontrasepsi oral dapat mempengaruhi hasil tes hormon, LED
·
Morfin dapat mempengaruhi hasil tes enzim hati (AST, ALT)
·
Dan sebagainya (lihat pengaruh obat pada tes laboratorium)
3.
Merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan cepat dan lambat pada kadar
zat tertentu yang diperiksa. Perubahan dapat terjadi dengan cepat hanya dalam 1
jam dengan merokok 1 – 5 batang dan akibat yang ditimbulkan adalah peningkatan
kadar asam lemak, epinefrin, gliserol bebas, aldosteron dan kortisol.
Perubahan lambat terjadi pada hitung lekosit, lipoprotein,
aktifitas beberapa enzim, hormon, vitamin, petanda tumor dan logam berat.
4.
Alkohol
Konsumsi alkohol juga dapat menyebabkan perubahan cepat dan
lambat pada kadar analit. Perubahan cepat dapat terjadi dalam waktu 2 – 4 jam
setelah konsumsi alkohol dan akibat yang terjadi adalah peningkatan kadar
glukosa, laktat, asam urat dan terjadinya asidosis metabolik. Perubahan lambat
berupa peningkatan aktifitas gamma glutamyl transferase (gamma-GT), GOT, GPT,
trigliserida, kortisol, dan MCV.
5.
Aktivitas fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan shift volume antara
kompartemen di dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan cairan karena
berkeringat, dan perubahan kadar hormon. Akibatnya akan terjadi perbedaan besar
antara kadar glukosa darah di arteri dan vena, serta terjadi perubahan
konsentrasi gas darah, asam urat, kreatinin, creatin kinase, GOT, LDH, KED,
hemoglobin, hitung sel darah, dan produksi urine.
6.
Demam
Pada waktu demam akan terjadi :
Pada waktu demam akan terjadi :
·
Peningkatan glukosa darah pada tahap permulaan, dengan akibat
terjadi peningkatan kadar insulin yang akan menyebabkan penurunan glukosa darah
pada tahap lebih lanjut.
·
Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam
akibat terjadinya peningkatan metabolisme lemak, dan terjadi peningkatan asam
lemak bebas dan benda-benda keton karena penggunaan lemak yang meningkat pada
demam yang sudah lama.
·
Meningkatkan kemungkinan deteksi malaria dalam darah.
·
Meningkatkan kemungkinan hasil biakan positif (pada kasus
infeksi).
·
Terjadi reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan titer
Widal.
7.
Trauma
Trauma dengan luka
perdarahan akan menyebabkan antara lain penurunan kadar substrat maupun
aktifitas enzim, termasuk juga hemoglobin, hematokrit dan produksi urine. Hal
ini terjadi karena terjadi pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah yang
menyebabkan pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan
ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang berasal dari otot.
8.
Variasi Circadian Rhythms
Dalam tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu
dari waktu ke waktu yang disebut variasi circadian rhythms. Perubahan kadar zat
yang dipengaruhi oleh waktu dapat bersifat linear (garis lurus) seperti umur,
dan dapat bersifat siklus seperti siklus harian (variasi diurnal), siklus
bulanan (menstruasi) dan musiman.
Variasi diurnal yang terjadi antara lain :
·
Besi serum. Besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih
tinggi kadarnya daripada pagi hari.
·
Glukosa. Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari,
sehingga apabila tes toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya
akan lebih tinggi daripada bila dilakukan pada pagi hari.
·
Enzim. Aktifitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan
oleh kadar hormon yang berbeda dari waktu ke waktu.
·
Eosinofil. Jumlah eosinofil menunjukkan variasi diurnal,
jumlahnya akan lebih rendah pada malam hari sampai pagi hari daripada siang
hari.
·
Kortisol, kadarnya akan lebih tinggi pada pagi hari daripada
pada malam hari
·
Kalium. Kalium darah akan lebih tinggi pada pagi hari daripada
siang hari.
Selain yang sifatnya harian, dapat terjadi fluktuasi kadar zat
dalam tubuh yang bersifat bulanan.
Variasi siklus bulanan umumnya terjadi pada wanita karena
terjadi menstruasi dan ovulasi setiap bulan. Pada masa sesudah menstruasi akan
terjadi penurunan kadar besi, protein dan fosfat dalam darah disamping
perubahan kadar hormon seks. Demikian juga, pada saat ovulasi terjadi
peningkatan aldosteron dan renin serta penurunan kadar kolesterol darah.
9.
Umur
Umur berpengaruh
terhadap kadar dan aktifitas zat dalam darah. Hitung eritrosit dan kadar
hemoglobin jauh lebih tinggi pada neonatus daripada dewasa. Fosfatase alkali,
kolesterol total dan kolesterol-LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai
dengan pertambahan umur.
10.
Ras
Jumlah lekosit pada orang kulit hitam Amerika lebih rendah
daripada orang kulit putihnya. Demikian juga pada aktifitas creatin kinase.
Keadaan serupa juga dijumpai pada ras bangsa lain, seperti perbedaan aktifitas
amylase, kadar vitamin B12 dan lipoprotein.
11.
Jenis Kelamin
Berbagai kadar dan aktifitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Kadar besi serum dan hemoglobin berbeda pada wanita dan pria dewasa. Perbedaan
ini akan menjadi tidak bermakna lagi setelah umur lebih dari 65 tahun.
Perbedaan lain berdasarkan jenis kelamin adalah aktifitas CK dan kreatinin.
Perbedaan ini lebih disebabkan karena massa otot pria relatif lebih besar daripada wanita. Sebaliknya, kadar hormon seks wanita, prolaktin, dan kolesterol-HDL akan dijumpai lebih tinggi pada wanita.
Perbedaan ini lebih disebabkan karena massa otot pria relatif lebih besar daripada wanita. Sebaliknya, kadar hormon seks wanita, prolaktin, dan kolesterol-HDL akan dijumpai lebih tinggi pada wanita.
12.
Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada wanita hamil, pada saat
interpretasi hasil perlu mempertimbangkan masa kehamilan wanita tersebut. Pada
kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah) yang dimulai pada minggu
ke-10 kehamilan dan terus meningkat sampai minggu ke-35 kehamilan.
Volume urine akan meningkat 25% pada trimester ke-3.
Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon kelenjar tiroid, elektrolit, besi, ferritin, protein total, albumin, lemak, aktifitas fosfatase alkali, faktor koagulasi dan kecepatan endap darah.
Perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi oleh kehamilan, peningkatan protein transport, hemodilusi, peningkatan volume tubuh, defisiensi relative karena peningkatan kebutuhan atau peningkatan protein fase akut.
Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon kelenjar tiroid, elektrolit, besi, ferritin, protein total, albumin, lemak, aktifitas fosfatase alkali, faktor koagulasi dan kecepatan endap darah.
Perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi oleh kehamilan, peningkatan protein transport, hemodilusi, peningkatan volume tubuh, defisiensi relative karena peningkatan kebutuhan atau peningkatan protein fase akut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar